Tiga Tahun Program Buka Puasa Bersama Tahanan: Wujud Nyata Polri Mengayomi Tanpa Sekat 

Sudah tiga tahun berturut-turut Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol. Fahmi Irwan Ramli, menginisiasi program Buka Puasa Bersama Tahanan, sebuah agenda yang tidak hanya sekadar menyajikan makanan berbuka, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual melalui tausiyah.

Sebagai pelaksana kegiatan, Sattahti Polresta Banda Aceh yang diwakili oleh Kanit Perawatan Tahanan Aipda Teuku Sulaiman dan Kanit Barang Bukti Aiptu Basri telah berusaha sebaik mungkin dalam menyukseskan program tersebut.

Tahun ini, tema yang diangkat adalah “Penjara Bagi Orang Beriman”, yang disampaikan oleh Ustad Aditya Harahap.

Sebagai institusi yang mengusung semangat “Polri untuk Masyarakat”, Kapolresta Banda Aceh menunjukkan bahwa pengayoman yang diberikan tidak terbatas hanya kepada masyarakat umum, tetapi juga kepada mereka yang tengah menjalani proses hukum. Kegiatan ini adalah bukti nyata bahwa Polri tidak memandang status sosial dalam menjalankan tugasnya sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.

 

Lebih dari Sekadar Tradisi: Wajah Humanis Polri dalam Mengayomi Tahanan

Selama ini, stigma terhadap tahanan sering kali menjadi jurang pemisah antara mereka dan masyarakat. Banyak yang menganggap bahwa seseorang yang telah masuk ke dalam tahanan otomatis kehilangan hak untuk diperlakukan secara manusiawi. Namun, langkah tepat yang diambil oleh Bapak Kapolresta Banda Aceh membuktikan sebaliknya.

Momen berbuka puasa bersama yang diwakili oleh Kasi Humas Ipda Tresna Zunaidi ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi juga menjadi ajang bagi para tahanan untuk merasakan kebersamaan dan kepedulian dari aparat kepolisian. Kebersamaan ini semakin terasa ketika mereka duduk berdampingan, menggelar tikar, dan menyantap makanan yang sama. Setelah itu, mereka bersama-sama melaksanakan sholat magrib berjamaah yang dipimpin oleh Bripda M. Andrian Rafiza, salah satu personel Satbinmas Polresta Banda Aceh.

Inisiatif ini adalah bukti bahwa Polri tidak hanya berperan sebagai aparat penegak hukum, tetapi juga sebagai pelindung dan pembina bagi siapa pun, termasuk mereka yang sedang menjalani hukuman. Sikap seperti ini sangat sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an:

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Ma’idah: 2)

Dalam konteks ini, Polri telah mengambil peran sebagai fasilitator kebajikan bagi para tahanan, membantu mereka menemukan kembali jalan yang benar melalui pendekatan spiritual dan sosial.

 

Dampak Positif terhadap Kesehatan Mental Tahanan

Kegiatan seperti buka puasa bersama dan tausiyah memiliki dampak besar terhadap kesehatan mental para tahanan. Lingkungan tahanan sering kali membuat individu mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi akibat tekanan batin dan perasaan bersalah atas kesalahan yang telah diperbuat.

Menurut penelitian psikologi, aktivitas spiritual seperti berdoa dan mendengarkan ceramah dapat memberikan ketenangan jiwa. Hal ini didukung oleh sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Religion and Health, yang menunjukkan bahwa keterlibatan dalam aktivitas keagamaan dapat membantu mengurangi gejala depresi dan meningkatkan ketahanan mental seseorang.

Bahkan dalam Islam, konsep taubat dan kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik sangat ditekankan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, dan beramal saleh, kemudian tetap dalam petunjuk.” (QS. Thaha: 82)

Ayat ini menegaskan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar.

Dengan adanya program seperti ini, para tahanan tidak hanya mendapatkan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, tetapi juga merasa dihargai sebagai manusia.

Selain program ‘Berbagi Bersama Tahanan’, Bapak Kombes Pol. Fahmi sebagai teladan bagi seluruh personel dan Bhayangkari Polresta Banda Aceh juga mengajak seluruh personel Polresta dan Polsek jajaran dalam membagikan takjil kepada masyarakat umum pada momentum ramadan ini.

 

Menanamkan Rasa Keadilan dan Kemanusiaan dalam Sistem Pemasyarakatan

Banyak yang mempertanyakan, apakah layak seorang tahanan mendapatkan perhatian dan fasilitas seperti ini? Jawabannya tentu saja, iya. Sebab, sistem pemasyarakatan bukan hanya tentang menghukum, tetapi juga tentang membina agar seseorang dapat kembali menjadi individu yang lebih baik setelah menjalani masa hukumannya.

Jika kita melihat sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW sendiri telah memberikan contoh bagaimana memperlakukan tahanan dengan baik. Dalam hadis riwayat Bukhari, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah memperlakukan tawanan Perang Badar dengan sangat baik. Mereka diberi makanan dan perlakuan yang layak, bahkan diajarkan membaca dan menulis sebagai bentuk pembinaan.

Pendekatan seperti ini seharusnya menjadi inspirasi bagi sistem pemasyarakatan modern. Jika tahanan diperlakukan dengan adil dan manusiawi, maka peluang mereka untuk berubah menjadi lebih baik akan jauh lebih besar.

 

Menghapus Stigma: Tahanan Juga Bagian dari Masyarakat

Stigma negatif terhadap mantan narapidana sering kali menjadi penghalang terbesar bagi mereka untuk kembali ke masyarakat. Banyak di antara mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan atau diterima kembali dalam lingkungan sosialnya. Inilah yang sering kali membuat mereka kembali ke dunia kejahatan karena tidak ada pilihan lain.

Dengan adanya program seperti buka puasa bersama ini, masyarakat diberikan contoh nyata oleh Pak Kapolresta bahwa tahanan tetap manusia yang memiliki hak untuk mendapatkan kesempatan kedua, kesempatan untuk menjadi pribadi berbeda. Pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa dalam Islam, pintu taubat selalu terbuka.

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'” (QS. Az-Zumar: 53)

Jika Allah saja memberikan ampunan dan kesempatan bagi hamba-Nya yang bertaubat, mengapa kita sebagai sesama manusia harus menutup pintu harapan bagi mereka yang ingin berubah?

“Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.'” (QS. Az-Zumar: 53)

Jika Allah saja memberikan ampunan dan kesempatan bagi hamba-Nya yang bertaubat, mengapa kita sebagai sesama manusia harus menutup pintu harapan bagi mereka yang ingin berubah?

 

Polri Sebagai Garda Terdepan dalam Menjaga Kemanusiaan

Langkah Kapolresta Banda Aceh dalam menginisiasi program Buka Puasa Bersama Tahanan adalah contoh konkret bahwa Polri bukan hanya sekadar penegak hukum, tetapi juga mitra dalam pembinaan moral dan sosial. Kegiatan ini membuktikan bahwa Polri tidak memandang status seseorang, melainkan berkomitmen untuk mengayomi setiap individu dengan adil dan manusiawi.

Lebih dari sekadar program tahunan, inisiatif ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi institusi kepolisian lainnya di seluruh Indonesia. Karena sejatinya, tugas Polri bukan hanya untuk menindak, tetapi juga untuk membimbing dan mengayomi.

Sebagai masyarakat, kita juga memiliki tanggung jawab untuk menghapus stigma negatif terhadap tahanan dan mantan narapidana. Mari kita dukung mereka yang ingin berubah, karena dalam Islam, setiap individu memiliki kesempatan untuk memperbaiki dirinya.

Program ini adalah bukti bahwa keadilan dan kemanusiaan dapat berjalan beriringan. Dan semoga, semakin banyak pihak yang menyadari bahwa dalam setiap individu, selalu ada harapan untuk menjadi lebih baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *