Anggota DPRK Banda Aceh Devi Yunita Sebut Kasus Bunuh Diri Harus Jadi Alarm Bagi Semua
Terkait pemberitaan terhadap mahasiswi asal Aceh Barat Daya (Abdya) berinisial ISJ (19) ditemukan tewas diduga gantung diri di rumahnya sekitaran Kecamatan Darussalam, Aceh Besar pada Jumat (11/4/2025) yang jasad korban ditemukan teman spesialnya di teralis jendela kamar dengan kondisi selimut di leher, sekitar pukul 21.30 WIB malam dan wanita berinisial MSS (26), warga salah satu gampong di Kecamatan Banda Raya, Banda Aceh ditemukan tewas dalam kondisi tergantung dengan seutas kain di kosen pintu kamarnya pada Sabtu (12/4/2025), ada beberapa tanggapan terkait kejadian tersebut.
Anggota DPRK Banda Aceh, Hj Devi Yunita ST mengatakan kasus bunuh diri wanita muda yang terjadi beberapa waktu lalu harus menjadi alarm bagi semua agar kejadian serupa tidak berulang.
Ia menyorot kesehatan mental, psikologi remaja yang masih labil dan mudah terpengaruh oleh lingkungan sosial menjadi salah satu penyebab yang mendorong remaja melakukan tindakan yang tak wajar.
“Remaja berada dalam fase perkembangan emosional yang belum stabil, sehingga saat menghadapi tekanan atau masalah, mereka sering kali kesulitan dalam mengendalikan emosi dan mencari solusi yang tepat,” katanya pada Selasa (15/4/2025).
Karena itu, penting bagi semua pihak baik pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pencegahan agar kasus serupa tidak terulang. Seperti memberi edukasi kepada remaja tentang dampak buruk dari perilaku negatif, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Peran lingkungan sosial, terutama teman sebaya, sangat besar dalam membentuk kondisi psikologis remaja. Sebab hampir sebagian besar waktu remaja dihabiskan bersama teman sebaya.
“Ketika menghadapi masalah yang dirasa sulit, jangan ragu untuk meminta bantuan, baik kepada orang yang dipercaya maupun psikolog, agar bisa mendapatkan solusi yang lebih sehat,” ucap Devi yang juga Sekretaris Komisi I DPRK Banda Aceh ini.
Politikus PKS ini menambahkan, kasus bunuh diri lebih dikarenakan depresi atau berkaitan dengan kesehatan mental yang lemah. Hal ini disebabkan oleh lemahnya iman seseorang dan kekeliruan dalam memandang arah kehidupan.
“Tidak kita pungkiri, kehidupan saat ini sangat jauh dari agama atau lebih ke arah sekuler. Dalam sistem sekuler kapitalisme, seseorang ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, mudah sekali depresi atau stres karena imannya lemah dan pandangannya yang hanya menilai segala sesuatu dari kebahagiaan atau kenikmatan berupa materi,” demikian Devi Yunita.